Big 8 (sampai dengan tahun 1989)
Kantor-kantor
akuntan yang disebut sebagai The Big 8 menggambarkan
dominasi delapan kantor akuntan terbesar pada abad ke-20, yaitu:
1.
Arthur Andersen
2.
Arthur Young & Company
3.
Coopers & Lybrand
4.
Ernst & Whinney (sampai dengan 1979 Ernst & Ernst bermarkas di US dan
Whinney Murray
di UK)
5.
Deloitte Haskins & Sells (sampai dengan 1978 Haskins & Sells bermarkas
di US dan Deloitte
Plender
Griffiths di UK)
6.
Peat Marwick Mitchell (yang kemudian berubah menjadi Peat Marwick)
7.
Price Waterhouse
8.
Touche Ross
Sebagian besar
the Big 8 merupakan aliansi antara firma yang berasal dari British dan US pada
abad ke-19 atau awal abad ke-20. Price Waterhouse merupakan UK firm yang
kemudian membuka cabang di US pada 1890 dan kemudian terpisah dan berdiri
sendiri. Firma Peat Marwick Mitchell merupakan gabungan firma US dan UK dan
menggunakan nama yang sama pada tahun 1925. Firma lainnya menggunakan nama yang
berbeda untuk domestic business (tidak menggunakan nama bersama/common names),
antara lain Touche Ross tahun 1960, Arthur Young (at first Arthur Young,
McLelland Moores) tahun 1968, Coopers & Lybrand tahun 1973, Deloitte Haskins
& Sells tahun 1978 dan Ernst & Whinney tahun 1979.
Kompetisi
diantara kantor akuntan semakin intensif dan The Big 8 menjadi
The Big 6 pada Juni 1989 ketika Ernst & Whinney
merger dengan Arthur Young mejadi Ernst & Young serta Deloitte, Haskins
& Sells merger dengan Touche Ross menjadi Deloitte &
Touche pada Agustus 1989.
Selengkapnya The
Big Six mencakup:
The Big 6 menjadi The Big
5 pada Juli 1998 ketika Price Waterhouse merger dengan Coopers &
Lybrand menjadi PricewaterhouseCoopers.
Selengkapnya The
Big 5 adalah:
3.
Deloitte & Touche
4.
Peat Marwick Mitchell
The Big 4 selengkapnya adalah:
1. Ernst
& Young
2. Deloitte
Touche Tohmatsu
3. KPMG
4. PricewaterhouseCoopers
Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di
AS yang berdiri sejak 1913. Selama perjalanannya perusahan ini mmiliki reputasi
sebagai kepercayaan, integritas dan etika yang penting bagi perusahaan yang di
bebani auditing secara independen dan melaporkan laporan-laporan perusahaan
publik, dimana akurasi investor tergantung keputusan investasi.
Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi
akuntansi dan mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-kekuatan
integritasnya Arthur Andersen pernah menjadi model sebuah karakter teguh hati
dan integritas yang merupakan profesionalitas dalam akuntansi. Tetapi
kebangkrutan klien-klien besar membuka skandal-skandal besar yang membuat firma
akuntansi ini tutup.
Kebangkitan
Ketika Leonard Spacek bergabung di tahun 1947, ia mulai
mengembangkan jasa konsultan kepada klien-klien besar. Selama rentang waktu 30
tahunan, bisnis konsultasi Andersen menjadi lebih menguntungkan daripada usaha
aslinya.
Di Andersen, pertumbuhan menjadi prioritas dan penekanannya pada
perekrutan dan mempertahankan klien-klien besar berdampak pada kualitas dan
independensi audit. Fokus pada pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang
mendasar pada budaya perusahaan.
Bisnis konsultasi Andersen menjadi yang tercepat pertumbuhannya
dan paling menguntungkan dan paling berkembang pesat di dunia. Banyak yang
meninjaunya sebagai model sukses yang ditiru frima-firma lainnya. Tetapi model
ini menjadikan Securities and Exchange Commission (SEC) memberikan peringatan
berkaitan independensi auditing. Ketua SEC yang prihatin akan hal ini
menyarankan aturan-aturan baru untuk membatasi layanan di luar audit. Tetapi
saran ini ditolak Andersen.
Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi.
Namun seringkali strategi ini menjadikan persaingan di antara kedua unit yang
cenderung melemahkan dan memicu kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi
merosot, merintangi kemampuan perusahaan untuk tanggap dan bekerja efektif
menghadapi krisis. Dengan pendapatan yang berkembang, unit konsultasi menuntut
kompensasi dan pengakuan yang lebih besar. Perselisihan yang meruncing ini
menjadikan pertikaian.
Tahun 2000 dalam pengadilan arbitrase, hakim memutuskan bahwa
konsultan Andersen bisa memisahkan diri dan bekerja secara efektif. Perusahaan
konsultasi berubah namanya menjadi Accenture.
Pada Januari 2001, Andersen mengangkat Joseph Berardino sebagai
CEO baru dalam auditing. Tugas pertamanya adalah melacak perusahaan yang lebih
kecil melalui sejumlah tuntutan hukum yang sudah ada. Andersen membayar amat
mahal untuk tuntutan-tuntutan ini. Tahun berikutnya, banyak perusahaan klien
Andersen meninjau ulang hubungannya dengan Andersen. Bagian selanjutnya adalah
menjabarkan segelintir kasus yang membuat keruntuhan Andersen.
Keruntuhan
BFA
Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan
terbesar perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak
sebagai auditornya. Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta.
BFA didirikan untuk menghimpun dana dan mengelola gereja di
Arizona. Lembaga ini bekerja seperti bank, membayar bunga deposito yang
digunakan sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona real estate. Ini
merupakan investasi yang lebih spekulatif daripada apa yang dilakukan lembaga
pembaptis lainnya.
Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan
manajemen dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan
diduga menyembunyikan kerugian dari investor sejak 1986 dengan
menjual beberapa properti dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah
meminjam uang dari ayyasan yang tak mungkin membayar properti kecuali kondisi
pasar real estate berbalik. Dalam dokumen pengadilan apa yang disebut dengan
“skema Ponzi” setelah kasus peniupuan yang terkenal, pejabat yayasan diduga
mengambil uang dari investor baru untuk membayar investor yang sudah ada untuk
menjaga arus kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini
akhirnya terurai, mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA
dan Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan
kebangkrutan pada tahun 1999.
Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini
melakukan pemalsuan dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dala sebuah
pernyataannya di tahun 2000, Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA
tetapi membela keakuratan dengan opininya tentang audit. Namun setelah dua
tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa Andersen sudah diperingatkan
kemungkinan kegiatan penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang akhirnya
perusahaan setuju untuk membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan
pemegang saham pada taun 2002.
Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang
membuat kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan
class action dari investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil
yang diajukan SEC menuduh Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului
strategi penipuan akuntansi, seperti pendapatan “cookie jar”, recording revenue
on contingent sales, dan mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke
kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar
melakukan transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan
dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan
selama enam kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam
mengajukan petisi kepada Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York
dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan
memutuskan pembayaran sebesar $141 juta. Andersen setuju membayar $110 juta
untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan dan tanggung jawab. Sunbeam
mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan kehilangan ribuan
karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.
Waste Management
Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang
dipertanyakan mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste
Management. Gugatan diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama
lebih dari lima tahun.
Menurut SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen,
yang menyarankan bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”.
Awalnya Andersen mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat
dan disajikan kepada Waste Management. Namun pimpinan Waste Management menolak
mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan masa lalu
untuk melakukan penipuan masa depan.
Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham
Waste Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan
perjanjian untuk tidak melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin
usahanya akan dicabut – suatu persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya
dengan Enron.
Enron
Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron,
salah satu klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80
persen perusahaan minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001
harus mengalami kerugian sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut.
Departemen Kehakiman AS menmulai melakukan penyelidikan kriminal
pada 2002 yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh. Perusahaan audit
akhirnya mengakui telah menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan audit Enron
yang menghambat putusan.
Atas kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta
perlindungan Amandemen Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi. Banyak
pihak yang menamainya sebagai “bujukan koruptif” yang menyesatkan. Dia
menginstruksikan David Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan rekening
Enron, untuk menghapus namanya dari memo yang bisa memberatkannya.
Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat
peradilan, menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana. Perusahaan
setuju untuk menghentikan auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada
prinsipnya mematikan bisnisnya.
Perusahaan Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron.
Berita segera muncul ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki
penyimpangan sebesar $3,9 miliar. Harga sahamnya kemudian jatuh dan investor
melayangkan serangkaian tuntutan hukum yang mengirim WorldCOm ke Pengadilan
Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom dan berikeras bahwa penyimpangan
tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah memenuhi standar SEC
dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal menemukan penyimpangan
yang ada.
Selama kasus Enron dan WorldCOm berlanjut, banyak
perusahaan-perusahaan lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.
Isu-isu seputar hukum dan etika dalm pengauditan Andersen yang
menyimpang
Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat
sebuah tindakan malpraktik jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan
antara lain:
- Adanya praktik discrimination
of information/unfair discrimination, terlihat dari tindakan dan
perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada
kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate
governance dan corporate responsibility oleh
manajemen perusahaan, dan perilaku manajemen perusahaan merupakan
pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada
perusahaan.
- Adanya penyesatan informasi.
Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen
mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi
demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak
merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron
menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya
masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau
mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001
berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.
- Arthur Andersen, merupakan
kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan,
Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron
adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan
kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen,
tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas
Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap
profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan
menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.
Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi terhadap
kejatuhan perusahaan
Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan
berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan, diantaranya:
- Pertumbuhan perusahaan
dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan
mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit dikorbankan.
- Standar-standar profesi
akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan lainnya
luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.
- Perusahaan terlalu fokus
terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan perubahan mendasar
dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan mendapatkan
bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih
tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan
dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen.
Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.
- Andersen menjadi membatasi
pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check and balances yang
bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.
- Sikap Arthur Andersen yang
memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke
permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus
ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan
Arthur Andersen pun ditutup.
Bagaimana UU Sarbanes-Oxiety bisa meminimalkan kesalahan auditor
dan penyimpangan akuntansi
Akibat dari rentetan kasus itu, pemerintah AS menerbitkan
Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara
meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan
publik. Kegagalan ini menimbulkan krisis yang serius terhadap kredibilitas
akuntansi, pelaporan, dan proses tata kelola perusahaan sehingga oleh politisi
AS diciptakan kerangka kerja baru terhadap akuntabilitas dan tata kelola
perusahaan melalui Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk memulihkan kepercayaan yang
cukup dan untuk menjadikan pasar modal kembali berfungsi normal.
Undang-Undang Sarbanes-Oxiety bisa menetapkan pedoman dan arah
baru untuk perusahaan dan bisa untuk pertanggungjawaban kepada divisi
akuntansi. Dengan adanya tindakan ini , bisa untuk memerangi penipuan sekuritas
dan akuntansi. Dan untuk menekankan kepada independensi dan kualitas, membatasi
kemampuan perusahaan untuk menyediakan keduanya yaitu non-audit dan jasa untuk
klien yang sama dan memerlukan tinjauan berkala audit perusahaan, agar hasilnya
bisa memuaskan.
Beberapa perubahan yang ditentukan dalam SOX memiliki beberapa
tujuan, diantaranya:
- Untuk menjamin independensi
auditor. Kantor Akuntan Publik dilarang memberikan jasa non-audit kepada
perusahaan yang diaudit.
- Membutuhkan persetujuan dari audit
committee perusahaan sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan
memiliki audit committee ini karena definisinya
diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit
committee.
- Melarang Kantor Akuntan Publik
memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit
tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
- Kantor Akuntan Publik harus
segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan kebijakan
akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakukan-perlakuan
akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen
perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
- KAP dilarang memberikan jasa
audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller klien sebelumnya
bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
Berkaitan dengan pemusnahan dokumen, SOX melarang pemusnahan atau
manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi pemerintah kepada
perusahaan yang menyatakan bangkrut.
Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa
laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan
semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material.
Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang
melakukan pelanggaran ini.
Sumber:
Arens Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance.Jakarta: Erlangga.