KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
Kerangka kerja konseptual
(conceptual framework) serupa dengan konstitusi (constitution): suatu sistem
koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling
berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan
penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.
Kebutuhan akan Kerangka Kerja
Konseptual
Pertama, agar bermanfaat,
maka penetapan standar harus berlandaskan dan berhubungan dengan serangkaian
konsep serta tujuan fundamental.Kerangka kerja konseptual yang baik akan
memungkinkan Financial Accounting Standards Board (FASB) menerbitkan
standar-standar yang lebih berguna dan konsisten dari waktu ke waktu.
Kedua, masalah-masalah
praktis yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka
teori dasar yang telah ada.
Perkembangan Kerangka Kerja
Konseptual
FASB pada tahun 1976 mulai
mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan menjadi dasar bagi penetapan
standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan keuangan. Sejak dokumen
tersebut dipublikasikan, FASB telah menerbitkan enam Statements of Financial
Accounting Concepts yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis,
yaitu:
1. SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises,”
yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2. SFAC No. 2, “ Qualitative Characteristic of Accounting Information,” yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3. SFAC No. 3, “Elements of Financial Statements of Business Enterprises,”
yang memberikan definisi dan pos-pos yang terdapat dalam lapora keuangan,
seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban.
4. SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in Financial
Statements of Business Enterprises” yang menetapkan kriteria pengakuan dan
pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus
dimasukkan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
5. SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements,” yang menggantikan SFAC
No. 3 dan memperluas lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi
nirlaba.
6. SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements,” yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar
pengukuran.
TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR
Tujuan pelaporan keuangan
(objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan informasi: (1)
yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas
bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit; (2) untuk
membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial,
serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas
masa depan; dan (3) tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya
tersebut, dan perubahan di dalamnya.
Tujuan (objectives) dimulai dengan
lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi para investor dan
kreditor dalam membuat keputusan. Tujuan berfokus pada laporan keuangan yang
menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan
diterima entitas bisnis, yaitu, arus kas yang menjadi harapan investor dan
kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision
usefulness).
TINGKAT KEDUA: KONSEP-KONSEP
KONSEPTUAL
Tujuan (tingkst pertama)
berhubungan dengan tujuan dan sasaran dari akuntansi. Bagaimana tujuan dan
sasaran ini diimplementasikan (tingkat ketiga). Di antara kedua tingkat ini,
diperlukan tiang-tiang konseptual untuk menjelaskan karakteristik kualitatif
dari informasi akuntansi dan mendefinisikan unsure-unsur laporan keuangan.
Karakteristik Kualitatif dari
Informasi Akuntansi
Pemilihan metode akuntansi yang
tepat, jumlah dan jenis informasi yang harus diungkapkan, serta format
penyajiannya melibatkan penentuan alternatif mana yang menyediakan
informasi mengidentifikasikan karakteristik kualitatif (qualitative
characteristic) dari informasi akuntansi yang membedakan informasi yang lebih
baik (lebih berguna) dengan informasi yang inferior (kurang berguna) bagi
tujuan pelaporan keuangan. Selain itu, FASB juga telah mengidentifikasikan
kendala-kendala (biaya-manfaat dan materialitas) sebagai bagian dari kerangka
kerja konseptual.
Pengambilan Keputusan (Pemakai)
dan Kemampuan Memahami
Agar informasi menjadi bermanfaat,
harus ada hubungan (kaitan) antara para pemakai ini dengan keputusan yang
mereka buat. Kaitan ini, yaitu kemampuan memahami (understandability), adalah
kualitas informasi yang memungkinkan pemakai merasakan signifikansi dari
informasi tersebut.
Kualitas Primer: Relevansi dan
Reliabilitas
Relevansi (relevance) dan
reliabilitas (reliability) merupakan dua kualitas primer yang membuat informasi
akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan.
Relevansi. Agar relevan,
informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika
tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan
terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang relevan akan membantu pemakai
membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan
masa depan; yaitu, memiliki nilai prediktif (predictive value). Informasi yang
relevan juga membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau
harapan masa lalu; yaitu, memiliki nilai umpan balik (feedback value). Jadi,
agar relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum
informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang
diambil; yaitu memiliki ketepatan waktu (timeliness).
Agar relevan, informasi harus
memiliki nilai prediktif atau nilai umpan-balik, dan harus disajikan secara
tepat waktu.
Reliabilitas. Informasi
akuntansi dianggap handal jika dapat diverifikasi, disajikan secara tepat,
serta bebas dari kesalahan dan bias. Reliabilitas sangat diperlukan oleh
individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi
isi factual dari informasi.
Daya-uji (verifiability)
ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode
pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
Ketepatan
penyajian (representational faithfulness) berarti bahwa angka-angka dan
penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan
terjadi.
Netralitas (neutrality)
berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok
pemakai tertentu. Informasi yang disajikan harus factual, benar, dan tidak
bisa.
Kualitas Sekunder: Komparabilitas
dan Konsistensi
Komparabilitas. Informasi
dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukut
dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam peristiwa ekonomi
antarperusahaan.
Konsistensi. Apabila sebuah
entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian
yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten
dalam menggunakan standar akuntansi. Itu tidak berarti bahwa perusahaan tidak
boleh beralih dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya.
Perusahaan dapat mengganti satu metode dengan metode lainnya, tetapi perusahaan
harus dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode
sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh perubahan akuntansi, serta alasannya, harus
diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. Jika
prinsip akuntansi telah berubah, maka auditor harus memberitahukannya dalam
paragraf penjelasan dari laporan audit. Paragraf ini menjelaskan sifat
perubahan dan meminta pembaca melihat catatan atas laporan keuangan untuk
pembahasan yang lebih rinci tentang perubahan dimaksud.
UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Aktiva, Kewajiban, Ekuitas,
Investasi Oleh Pemilik, Distribusi Kepada Pemilik, Laba Komprehensif,
Pendapatan, Beban, Keuntungan, Kerugian.
TINGKAT KETIGA: KONSEP-KONSEP
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat ketiga dari kerangka kerja
konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan
tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur
serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan.
Asumsi-asumsi Dasar
1. Asumsi Entitas Ekonomi
Mengandung arti bahwa aktivitas
ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu.
2. Asumsi Kelangsungan Hidup
Sebagian besar metode akuntansi
didasarkan atas asumsi kelangsungan hidup (going concern assumption) yaitu
perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.
3. Asumsi Unit Moneter
Mengandung arti bahwa uang adalah
denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi
pengukuran dan analisis akuntansi.
4. Asumsi Periodisitas
Menyiratkan bahwa aktivitas
ekonomi sebuah perusahaan dapat dipisahkan ke dalam periode waktu artifisial.
Periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum adalah secara bulanan,
kuartalan, dan tahunan.
Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi
1. Prinsip Biaya Historis
GAAP mewajibkan sebagian besar
aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi.
Hal ini seringkali disebut dengan prinsip biaya historis (historical cost
principle). Biaya (cost) memiliki keunggulan yang penting dibandingkan
penilaian yang lainnya: yaitu, dapat diandalkan.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan dikatakan telah
direalisasi (realized) jika produk (barang dan jasa), barang dagang, atau
aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas.
3. Prinsip Penandingan
Menyatakan usaha (beban)
ditandingkan dengan pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini rasional dan
dapat diterapkan.
4. Prinsip Pengungkapan Penuh
Mengakui bahwa sifat dan jumlah
informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian
trade-off penilaian. Trade-off ini terjadi antara (1) kebutuhan untuk
mengungkapkan secara cukup terinci hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan
pemakai, dengan (2) kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat
dipahami.
Kendala
Dalam menyediakan informasi yang
mengandung karakteristik kualitatif agar membuatnya menjadi berguna, dua
kendala (constraints) yang dominan harus diperhitungkan:
1. Hubungan Biaya-Masyarakat
Biaya penyediaan informasi harus
ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh dari pemakaian informasi itu.
Badan-badan pembuat standar dan badan-badan pemerintah kini menggunakan
analisis biaya-manfaat sebelum menetapkan persyaratan informasional. Dalam
rangka menjustifikasi penerbitan suatu standar pengukuran fan pengungkapan
tertentu, manfaat yang bias didapat dari standar harus melampaui biaya yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan.
2. Materialitas
Berhubungan dengan dampak suatu
item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan
dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi
atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Singkatnya, suatu
item harus membuat perbedaan atau, jika tidak, tidak perlu diungkapkan. Jadi
aspek yang terlibat di sini adalah ukuran dan kepentingan relatif.
3. Praktek Industri
Sifat unik dari sejumlah industry
dan perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar. Dalam
industri utilitas public, aktiva tidak lancar dilaporkan terlebih dahulu dalam
neraca untuk menunjukkan karakteristik industry utilitas yang padat modal.
4. Konservatisme
Berarti jika ragu, maka pilihlah
solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang
terlalu tinggi bagi aktiva dan laba. Perhatikan bahwa tidak ada anjuran dalam
kosep konservatisme agar aktiva bersih atau laba bersih disajikan terlalu
rendah. Konservatisme, jika diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan
pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit: jangan menyajikan angka laba
bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.
Sumber:
Sumber:
Weygandt Jerry J., Donald E.
Kieso, dan Terry D. Warfield . 2007. Akuntansi Intermediate Edisi
Keduabelas. Jakarta: Erlangga.
Weygandt Jerry J., Donald E. Kieso, dan
Paul D. Kimmel . 2012. Accounting Principles. Jakarta: Salemba
Empat.
Ikatan
Akuntan Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif
1 Januari 2015. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar